Facebook

https://www.facebook.com/profile.php?id=100003312817274

Thursday 5 May 2016

The History of Pasar Senen Station



Pasar Senen station is located on Jl. Pasar Senen, Central Jakarta. This station also serves as an inter-city train in Java. Senen Station was built in 1924 and inaugurated on March 19, 1925.
The station was designed by Ir. J. Van Gendt and was formerly owned by Batavia Ooster Spoorweg Mij (BOS) and Staats Spoorwegen (SS). The station was originally a small shelter belonging BOS to support transportation in Senen market that was built in 1733 and includes stations that passed the first electric railway line.
Pasar_Senen_IMG_20160312_125131.Pasar-Senen_IMG_20160312_125910

A Brief Note on Wijayakusuma and Rail One

Wijayakusuma Inspection Railways Train: An Introduction

Wijayakusuma Railways Train is a Rail Diesel is used as a inspection train or called as KAIS. This train is used by Board of Directors of PT KAI or VVIP’s guest of PT KAI for for inspection..
This train was used as commuter train along the Bogor – Sukabumi route. In 1980, the Wijayakusuma train brought to PT INKA to be modified as Inspection Train. This railways train officially used as Inspection Railways Train since 10 July 10 1982. Wijayakusuma train also have it’s own number with KD1-82201 or SI 3 82 01 THB.
At the end of May 30, 2007, the train was modified again by Manggarai Railways Workshop in order to be more elegant. Wijayakusuma train equipped with air-conditioning, Lounge, Meeting Room, generators, Mini Bar and Pantry.
This train is also used as an advance train in front of the Presidential Railways Train
Picture is taken from here
Rail One: The POTRI Railways Train
President of the Republic of Indonesia also has a special train named Rail One. Rail One rail is a Rail Diesel and used specifically for the Indonesian President. Others government officials may used this train as long as to conduct inspections or go to a specific area for government purposes. 
Rail_one
This train is also used as an advance train in front of the Presidential Railways Train
Picture is taken from here

CommuterLine Seri 6000 vs Seri 205: Mana yang Lebih Nyaman?


KRL @CommuterLine seri 6000 dan seri 205, mana yang lebih nyaman?
KRL @CommuterLine seri 6000 dan seri 205, mana yang lebih nyaman?
KRL @CommuterLine seri 205 dan seri 6000 merupakan dua spesies KRL yang jumlahnya paling banyak di Jabodetabek. Sampai sekarang, ada 11 rangkaian seri 6000 dan 46 rangkaian seri 205 yang beroperasi setiap harinya. Pertengahan tahun ini, akan datang lagi 6 rangkaian seri 6000 yang akan menjadikan jumlah total rangkaian seri 6000 menjadi 17 rangkaian. Kedua spesies ini pun bisa dikategorikan sebagai KRL yang paling nyaman ditumpangi. Namun, di antara keduanya manakah yang paling nyaman?
Saya akan mencoba membandingkan kedua spesies ini dari beberapa parameter yang sebelumnya juga sudah saya diskusikan sama teman-teman saya karena saya sedikit bingung menentukan parameternya, yaitu usia dan teknologi, guncangan, pendingin ruangan, interior dan eksterior, serta kapasitas angkutnya.
Kenapa sih harus seri 6000 dan seri 205 yang dibandingin? Karena seri 6000 dan seri 205 itu dua jenis yang paling mainstream, bahkan seri 6000 pun mau ditambah lagi jumlahnya. Kelak keduanya yang bakal menguasai rel di Jabodetabek.

1. Usia dan Teknologi

Seri 6000 pertama kali diperkenalkan di negara asalnya pada akhir tahun 1960-an. Rangkaian seri 6000 tertua yang beroperasi di Jabodetabek merupakan buatan tahun 1971, dengan rentang tahun pembuatan dari 11 rangkaian tersebut antara 1971 sampai 1988. Sedangkan seri 205 umurnya lebih muda dari seri 6000. Rangkaian seri 205 tertua yang beroperasi di Jabodetabek dibuat pada tahun 1985, dengan rentang tahun pembuatan rangkaian antara 1985 sampai 1990. Skor 0-1 untuk seri 205 yang lebih muda.
Salah satu KRL @CommuterLine seri 205 yang dibuat tahun 1990
Salah satu KRL @CommuterLine seri 205 yang dibuat tahun 1990
Namun dari segi teknologi, ternyata seri 205 yang lebih muda ini kalah selangkah dibandingkan seri 6000. Sistem traksi seri 205 menggunakan teknologi resistor control with field system superimposed field excitation control (simpelnya: Rheostatik), sedangkan seri 6000 sistem traksinya sudah menggunakanarmature chopper control yang lebih modern. Sistem traksi ini dapat dirasakan bedanya lewat tarikan masing-masing KRL, di mana seri 205 sedikit ngejeglak saat ngegas, sedangkan seri 6000 tarikannya halus. Skor 1-1.

2. Guncangan

Ngomongin goncangan di KRL, gak lepas dari yang namanya kondisi jalan rel, dan juga bagaimana sistem suspensi dari KRL itu sendiri. Suspensi pada KRL terletak di dalam sebuah sistem yang biasa disebut dengan bogie. Sebuah bogie terdiri dari roda, suspensi, rem, dan juga motor traksi (hanya pada kereta berpenggerak).
Bogie seri 6000, khas subway | Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tokyometro6000-FS378.jpg
Bogie seri 6000, khas subway | Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tokyometro6000-FS378.jpg
Seri 6000 aslinya merupakan KRL subway yang selama pengoperasiannya lebih banyak di bawah tanah, meskipun terkadang akan ke atas tanah juga. Keadaan rel di bawah tanah tentunya lebih rata daripada rel di atas tanah, dikarenakan terowongan bawah tanah dibuat dari beton, seperti terowongan yang nanti akan dilewati @mrtjakarta. Sedangkan seri 205 bukan KRL subway, namun hanya KRL komuter urban biasa yang beroperasi di atas tanah. Kedua spesies ini jelas memiliki teknologi suspensi yang berbeda.
Bogie seri 205, mirip salah satu jenis bogie KAJJ, minim guncangan | Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:JNR205-DT50D.jpg
Bogie seri 205, mirip salah satu jenis bogie KAJJ, minim guncangan | Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:JNR205-DT50D.jpg
Nah, di Jabodetabek tidak ada rel yang berada di bawah tanah, seluruhnya di atas tanah. Dan di beberapa ruas tertentu seperti di beberapa ruas di Green Line, ada geometri jalan rel yang memang kurang baik sehingga kalau kereta lewat akan berguncang. Sistem suspensi subway pada seri 6000 yang memang tidak didesain untuk menghadapi guncangan berlebih tidak cocok pada geometri tidak rata seperti itu, berbeda dengan sistem suspensi seri 205 yang memang dirancang untuk itu, sehingga pada ruas dengan geometri yang kurang baik, seri 205 tetap lebih minim guncangan. Skor 1-2 untuk seri 205.

3. Pendingin Udara

Kisi-kisi AC pada KRL @CommuterLine seri 205
Kisi-kisi AC pada KRL @CommuterLine seri 205
“KA sekian gerbong nomor sekian ACnya panas nih”. “Waduh yang dateng hot in train, nunggu belakangnya aja dah”. Mungkin pernah baca kalimat-kalimat seperti ini?
Pendingin udara (AC) yang dingin memang sudah menjadi sebuah parameter yang dapat mengukur kenyamanan sebuah rangkaian KRL. Kalau AC panas dikit, pasti langsung deh muncul tulisan di medsos seperti yang ada di atas.
Untungnya, kedua spesies ini AC-nya selalu dingin. Tapi kalau dibandingin sih, menurut saya sedikit lebih dingin seri 6000 daripada seri 205. Selain itu bau ruangannya juga lebih enak seri 6000 dari seri 205 (kurang kerjaan amat ya nyiumin bau ruangan…). Skor seri 2-2.

4. Interior dan Eksterior

Interior seri 6000
Interior seri 6000
Interior seri 205
Interior seri 205
Keduanya memiliki  interior yang menurut saya cukup nyaman. Interior seri 6000 memiliki motif kayu pelitur yang enak dipandang dan memberikan kesan classy. Sedangkan interior seri 205 terlihat lebih standar, tapi pada rangkaian eks jalur Saikyo (SF10) dan Yokohama (SF8/SF10) memiliki layar televisi yang memberikan suguhan hiburan, fitur yang tidak dimiliki oleh seri 6000. Karena fitur tersebut, seri 205 sementara unggul dengan skor 2-3.
Tapi, fitur TV tersebut tidak dimiliki oleh semua rangkaian, ada beberapa rangkaian eks jalur Yokohama dan Nambu (SF12) yang tidak memiliki TV. Selain itu, rangkaian eks jalur Saikyo juga tidak memiliki sandaran kepala pada setiap ujung jok penumpang, tidak seperti rangkaian eks jalur Yokohama dan Nambu. Sedangkan seri 6000, interiornya per rangkaian relatif sama, hanya berbeda pada ukuran jendela atau bentuk sambungan saja. Dan setiap ujung joknya bisa dijadikan tempat bersandar untuk kepala anda apabila anda ingin tidur di kereta. Skor kembali imbang 3-3.
KRL seri 205 dari luar
KRL seri 205 dari luar
KRL seri 6000 dari luar
KRL seri 6000 dari luar
Sekarang, kita beralih ke eksterior. Material yang digunakan untuk membangun eksterior seri 6000 adalah alumunium alloy yang ringan, kuat, dan juga aman. Sedangkan seri 205 menggunakan stainless steel yang lebih berat sedikit, dan juga tidak sebaik alumunium alloy. Seri 6000 unggul lagi dengan skor 4-3.

5. Kapasitas

Di jam-jam sibuk, rangkaian seri 6000 akan terasa lebih padat dibandingkan rangkaian seri 205, terutama yang rangkaiannya 10 atau 12 kereta. Hal itu dikarenakan kapasitas angkut seri 205 dengan formasi 10 atau 12 kereta lebih besar dari seri 6000 yang formasi rangkaiannya hanya 8 kereta, meskipun ada juga seri 205 yang rangkaiannya 8 kereta. Dengan rangkaian yang lebih panjang, berdiri di kereta di jam sibuk di dalam seri 205 masih bisa untuk bergerak lebih bebas kebanding berdiri di dalam seri 6000. Dengan kapasitas angkut yang lebih besar, seri 205 kembali menyamakan skor menjadi 4-4.

Wah, ternyata seri ya skornya? Kalo begitu dua spesies ini sama aja nyamannya dong? Hehehe, saya sih berusaha objektif aja dalam menilai kedua rangkaian ini (ya masa subyektif), meskipun secara subyektif sebenarnya saya lebih suka sama seri 205. Tapi, namanya pendapat pasti beda setiap orang, tergantung bagaimana orang itu menilainya. Jadi, manakah yang menurut anda lebih nyaman, apakah seri 6000 atau seri 205?
Muhamad Arie Prananda. Powered by Blogger.

Time

Pages

Pages - Menu

 

© 2013 Muhamad Arie Prananda. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top